Kamis, 26 Januari 2012

IDENTITAS DAN KARAKTERISTIK RODA GERINDA

IDENTITAS DAN KARAKTERISTIK RODA GERINDA
         Identitas dan spesifikasi sangat berpengaruh dalam memilih roda gerinda. Kedua hal ini digunakan untuk menentukan dan menyesuaikan dengan karakteristik benda yang akan digerinda.

1. Identitas
         
 Identitas memuat jenis bahan asah, ukuran butiran bahan asah, tingkat kekerasan susunan butiran bahan asah, jenis bahan perekat.
Contoh : A 24 S BF
Artinya :  A  adalah jenis bahan asah yaitu oksida aluminium
              24  adalah ukuran butiran bahan asah yaitu kasar
               S   adalah jenis perekat yaitu silikat
              BF  adalah kode yang dikeluarkan oleh pabrik


2.
 Spesifikasi
          Spesifikasi memuat ukuran dan bentuk roda gerinda
Contoh : 100 x 6 x 16,0
Artinya : 100  adalah diameter luar roda gerinda
                     6    adalah ketebalan roda gerinda
                   16,0 adalah diameter dalam roda gerinda


Keterangan lain untuk membantu memilih roda gerinda:

-
 Jenis Bahan Asah
A - Aluminium Oxide (oksida aluminium)
B – Silicone Carbide ( Karbida silisium)
C – Diamon (intan)

-
 Ukuran Butiran Bahan Asah 
Kasar : 12 14 16 20 24
Sedang : 30 36 45 56 60
Halus : 70 80 90 100 120
Sangat halus : 150 180 220 240
Tepung : 280 320 400 500 800 1200
Ukuran butiran yaitu banyaknya butiran tiap inchi.

-
 Tingkat Kekerasan
Sangat lunak : D E F G
Lunak : H I J K
Sedang : L M N O
Keras : P Q R S
Sangat keras : T U V W

- Susunan Butiran Bahan Asah
Rapat : 0, 1, 2, 3
Sedang : 4, 5, 6
Renggang : 7, 8, 9, 10, 11, 12
Yang dimaksud susunan butiran bahan asah pada suatu roda gerinda yaitu jarak antara butiran – butiran bahan asah yang terdapat pada roda gerinda.

- Jenis Bahan Perekat
V = Vitrified (tembikar)
S = Silicate (silikat)
R = Rubber (karet)
E = Shellac (embalau)

Rabu, 25 Januari 2012

PEMBUATAN RODA GIGI


RODA GIGI LURUS
A.    PENGEFRAISAN RODA GIGI LURUS
1.      System setandar pembuatan roda gigi
Ø  System modul
Ø  System diameter pitch dan circular pitch
A.    System  modul
Negara yang memakai system ini adalah Negara yang memakai satuan metric diantaranya : Nederland, japan, jerman demikian juga Negara yang menganut system ISO.





            Modul adalah kepeendekan dari modulus yaitu perbandingan antara diameter jarak bagi dan jumlah giginya.

M= D/Z 
M= modul
D= diameter jarak bagi
Z= jumlah gigi
B.     System diameter pitch dan circural pitch
System ini digunakan sebagian Negara amerika dan eropa yang menggunakan satuan inchi
            Diameter pitch adalah perbandingan jumlah gigi dengan ukuran diameter jarak bagi dalam satuan inchi.

Dp= Z / D”

            Circural pitch adalahjarak antara gigi dalam satuan inchi.
Jika diameter lingkaran jarak bagi mempunyai ukuran D dalam satuan inchi dengan jumlah gigi Z buah gigi maka circular pitch  
 








PERHITUNGAN RODAGIGI LURUS.
1.      MODUL GIGI  (M)
M=D/Z
D=diameter jarak bagi
Z=jumlah gigi

2.      DIAMETER JARAK BAGI (D)
D=M x Z

3.      TINGGI KEPALA GIGI (HK)
HK= 1 x M

4.      DIAMETER KEPALA GIGI (DK)
DK=M.(Z+2)

5.      TINGGI KAKI GIGI (HF)
HF= 1,5 x M                NEN
HF=1,166 x M                          DIN

6.      DIAMETER KAKI GIGI (DK)
      DK=M.(Z+2)

1.      TINGGI KAKI GIGI (HF)
      HF= 1,5 x M 

 DIAMETER KAKI GIGI (DF)

DF= M.(Z – 2,5)


1.      JARAK ANTARA POROS (A)

      A= D1-D2                 A= M.(Z1 + Z2)












          2                                  2

1.      ANGKA TRANSMISI (I)
I= Z2   
    Z1


1.      LEBAR GIGI (B)
B= (6 sampai 8). M                 roda gigi di buat kasar
B= (10 sampai 15). M             roda gigi di buat normal
B= (15 sampai 30). M             roda gigi di buat halus


1.      TEBAL PELEK (K)
       K = <  1,5 x M


KEPALA PEMBAGI
            Kepala pembagi berfungsi untuk membagi benda kerja menjadi bagian yang sama besar.
            Macam – macam kepala pembagi :
1.      Kepala pembagi dengan plat pembagi.
2.      Kepala pembagi dengan penggerak roda gigi cacing dan ulir cacing.
3.      Kepala pembagi dengan roda gigi cacing dan poros cacing yang di lengkapi dengan piring pembagi.
4.      Kepala pembagi universal.
5.      Kepala pembagi dengankelengkapan optic.

A.    KETERANGAN KEPALA PEMBAGI DENGAN RODA GIGI CACING DAN POROS CACING YANG DI LENGKAPI PIRING PEMBAGI
                  Roda gigi cacng dan ulir cacing mempunyai perbandingan 40 : 1 artinya jika engkol diputar 40 putaran maka roda gigi cacing baru berputar 1 kali putaran sehingga untuk pembagian  keliling Z bagian diperlukan putaran engkol sebanyak  N putaran.

N = 40 / Z
N = putaran engkol .
Z =  jumlah pembagi yang di perlukan.
40 = angka pembandingan transmisi.



Piring pembagi
      Piring pembagi mempunyai lubang pembagi yang di lengkapi gunting pembatas .
Table jumlah lubang  piring pembagi
 


SERI A
SERI B
1
2
1
2
3
30
69
38
77
15
21
37
41
81
42
87
16
23
39
43
91
47
93
17
27
41
48
99
49
111
19
29
43
51
117
53
119
19
31
47
57
-
59
-
20
33
49












1.      PEMBAGIAN DENGAN KEPALA PEMBAGI.
A.      PEMBAGIAN SECARA LANGSUNG.
   Adalah pembagian yang menggunakan piring pembagi dengan jumlah lubang tertentu. Jumlah pembagi langsung tergantung dengan jumlah lubang pada piring pembagi yang digunakan. Putaran engkol pada piring pembagi langsung dapat dihitung dengan persamaan :
N = 40/ Z
N = PETARAN ENGKOL
Z = JUMLAH PEMBAGI
40 = TETAPAN



Contoh
1.      Diket     : z = 64 gigi
Ditanya : N & piring pembagi . . . . ?
Jawab :
N = 40/ Z
N = 40 / 64 GIGI
N = 10 / 16 putaran
Artinya :engkol di putar 10 bagian dari piring pembagi yang jumlah lubangnya 16.

B.      PEMBAGIAN TIDAK LANGSUNG.
Jika pembagian secara langsung tidak biasa dilaksanakan misalnya kita akan membuat roda gigi yang mempunyai gigi 97 gigi .
Maka perhitungan pembagian langsung :
N = 40 /Z
N = 40 / 97
Lihat piring pembagi seri A1, A2, B1, B2, dan B3.
Piring pembagi yang mempunyai lubang 97 tidak ada, jadi kita harus menghitung secara tidak langsung dengan menggunakan roda gigi tambahan  untuk memutar piring pembagi kearah ber lawanan / searah putaran engkol dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

N = 40 / Z
U = Z1 – Z (40 / Z)

N = putaran engkol
Z1 = jumlah pembagi yang    di misalkan.
Z = jumlah pembagi yang      seharusnya
 (-) putaran engkol berlawanan arah putaran dengan putaran engkol. Begitu se baliknya.




Dari rumus di atas akan
didapat angka yang menunjukkan
jumlah roda gigi tambahan  yang
harus di gunakan.

Roda gigi pada kepala pembagi sebagai roda – roda persediaan mempunyai seri sebagai:

Seri dan jumlah roda gigi
1
2
3
4
24
86
24
56
24
48
100
24
48
76
24
100
24
64
28
56
127
28
49
78
28
127
28
72
30
64

30
56
80
32

32
86
32
68

32
60
84
40

36
100
39
72

36
64
86
48

40
127
40
76

37
66
90
56

44

44
86

40
68
96
64

48

48
96

48
72
100
72










Contoh
Z = 73 gigi
Umpama z = 80 sehingga putaran engkolnya
N = 40 / Z1 = 40 / 80 = 4 / 8  = 8 / 16 putaran.
Roda gigi tambahnya adalah :
U = Z1 – Z (40 / Z 1)
U = 80 – 73 (40 / 80)
U = 7 (40 / 80)
U = 280 / 80 = 28 / 8
U = 84 / 24
Jadi       Z1 = 84
              Z2 = 24

GIGI RACK
              Gigi reck adalah batang gigi yang berfungsi untuk merubah gerak ber putar menjadi gerak lurus.
              Contoh pemakaian gigi reck terdapat pada mesin bor tegak, mesin bubut dan lain – lain. Gigi reck selalu berpasangan dengan roda gigi lurus
. rumus untuk menentukan dimensi gigi rack








Dengan salah satu diantara 2 sistem standard roda gigi yaitu
1.      System modul
2.      System diameter pitch.

1.      System modul
Ø  Kepala gigi (ha)
Ha = 1 x m
Ø  Kaki  gigi (hi)
Hi = 1,25 x m
Ø  Tusuk  gigi (p)
P =
Ø  Tebal gigi (tg)
tg =1,5708 x m
Ø  Panjang batang gigi (lg)
Lg =
Ø  Dalam gigi (hg)
Hg = 2,25 x m

2.      System diameter pitch
Ø  Ha = 1/dp
Ø  Hi = 1,157 /dp
Ø P =
Ø Tg = 1,5708 / dp
Ø Hg = 2,157 / dp
Ø Lg =

Menentukanpisau frais pada helixs
Ne =

contoh



1.      Rencanakan roda gigi reck dan roda gigi lurus bila dikketahui
M                 = 2
Z lurus         = 22
Z rack          = 12
Lg                = 1500 mm



GIGI  RACK
1.      Kepala gigi (ha)                         4.  Kaki  gigi (hi)
Ha = 1 x m                                Hi = 1,25 x m
Ha = 1x2                                   hi = 1,25 x 2
Ha = 2 mm                                hi = 2,50 mm



2.      Tebal gigi (tg)                            5. Tusuk  gigi (p)
tg =1,5708 x m                          P =
tg = 1,5708 x 2                          p = 3,14 . 2
tg = 3,1416 mm                         p= 6,28 mm

3.      Dalam gigi (hg)                         6. Panjang batang gigi (lg)
Hg = 2,25 x m                           Lg =
Hg = 2,25 x 2                            lg = 3,14 x 2 x 12
Hg = 4,50 mm                           lg = 74,36 mm




RODAGIGI LURUS.
1.      Tinggi kepala gigi (hk)                           4. Tinggi kaki gigi (hf)
Hk = 1 x m                                            hf = 1,25 x m
Hk = 1 x 2                                             hf = 1,25 x 2
Hk = 2 mm                                            hf = 2,50 mm

2.      Diameter kepala gigi (dk)                      5. Diameter kaki gigi (df)
Dk = m (z + 2)                                      df = d – 2,5 . m
Dk = 2 (22 + 2)                                     df = 44 – 2,5 . 2
Dk = 48 mm                                          df = 39 mm

3.      Diameter jarak bagi (d)                         6. Tinggi gigi (h)
D = m x z                                               h = hk + hf
D = 2 x 22                                             h = 2 + 2,50
D = 44 mm                                            h = 5 mm